10 November 2015

Mengungkap Cerita di Balik Bisnis Jual-Beli Benih



Pagi itu, hari Selasa, 3 November 2015, saya dan Pipit berencana pergi ke daerah Pasar Minggu karena harus memenuhi tugas mata kuliah Ilmu dan Teknologi Benih yaitu wanwancara kepada salah satu toko benih. Sebelumnya kami sudah mencari informasi kesana kemari mengenai toko benih yang terletak di Jakarta, baik lewat online maupun bertanya kepada dosen dan teman-teman. Kami mendapat info bahwa ada Balai Benih di daerah Ragunan. Langsung saja kami berangkat kesana.
Setelah sampai di Pasar Minggu, saya melihat ada gedung bertuliskan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Daripada jauh-jauh ke Ragunan, lebih baik cari lagi tempat yang menjual benih di daerah ini, pikir saya. Akhirnya kami mencoba masuk dan menyakan kepada bagian resepsionis apakah ada toko benih di sekitar situ. Ternyata kami diarahkan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Kami ragu disana ada toko benih. Setelah berjalan-jalan, kami menemukan sebuah koperasi pertanian di dekat gedung tadi dan menanyakan kepada penjaga koperasi apakah mereka menjual benih. Mereka tidak menjual benih dan menyarankan kami untuk pergi ke daerah Ragunan, sekitar 3 km dari koperasi tersebut.Kami langsung menuju kesana karena sudah tidak ada waktu lagi.
Dari jauh sudah terlihat sebuah toko yang menjual alat-alat berkebun seperti pot dan media tanam. Terletak di pinggir jalan, toko yang bernama Diana Phon ini terlihat cukup sepi namun ada beberapa pegawai yang sedang bekerja.
Diana Phon berdiri sejak 20 tahun silam. Mbak Ria, seorang wanita berumur sekitar 26 tahun yang sekarang mengurus toko dengan senang hati menyambut kami yang ingin mewawancarai beliau. Toko ini menjual mayoritas benih sayuran seperti timun, cabai, dll. Ada juga benih buah hanya 2 jenis yaitu pepaya dan semangka. Benih yang dijual disini berasal dari produsen Tiga Daun dan Jawara. Produksi benih dari keduanya memang sama-sama diminati banyak pembeli. Mbak Ria bilang, benih yang dijual di sana bersertifikat namun tidak signifikan. Kisaran harga benih mulai Rp 10.000,00 hingga benih termahal Rp 132.000,00 yaitu benih cabai Big Vision namun sudah lama mereka tidak menjualnya lagi.
Proses penyimpanan benih juga sudah cukup baik yaitu disimpan di tempat kedap udara agar tidak ditumbuhi jamur atau bakteri. Benih yang sudah kadaluarsa tidak akan dijual ke konsumen. Biasanya sebulan sebelum benih kadaluarsa sudah mereka kembalikan ke produsen dan diganti oleh benih yang baru. Mereka juga menyebutkan menjadi produsen pasti lebih untung daripada menjadi reseller, tapi mereka harus memiliki trik sendiri untuk mendapat keuntungan itu.
Setelah sekitar 30 menit bertanya-tanya tentang benih, kami pun pamit pulang. Tidak lupa kami meminta foto bersama sebagai dokumentasi.
Bersama Mbak Ria


Macam-macam benih yang dijual