18 Januari 2018

Belajar Sambil Bermain di Kebun Raya Bogor

Udah pernah main ke KRB alias Kebun Raya Bogor? Coba deh sekali-sekali berkunjung ke sana. Kebun Raya yang bisa dijangkau dengan commuter line dari Jakarta ini bisa jadi tempat piknik, family gathering, atau sekadar refreshing melepas penat juga boleh. Tapi yang ga kalah menarik itu adalah koleksi tumbuhan di sana yang bisa kita pelajari.

Di Kebun Raya ini ada sekitar 3500 jenis tumbuhan yang menjadi koleksi selama ratusan tahun. Mulai dari tumbuhan gymnospermae hingga tumbuhan angiospermae, dari yang langka sampai yang sering ditemui juga ada. Penasaran tumbuhan apa aja yang ada di sana? Check this out!

Ngomong-ngomong soal gymnospermae alias tumbuhan berbiji terbuka, ternyata di Indonesia terutama di Kebun Raya Bogor ini memang hanya ada beberapa jenis saja. Jadi gampang hapalinnya hahaha :D Dipandu oleh Pak Iteng, saya bersama dosen dan teman-teman sekelas keliling melihat kebun. Tumbuhan di KRB umurnya rata-rata hampir 100 tahun. Tumbuhan tertua adalah pakis naga yaitu 109 tahun. Wah tua juga ya ternyata. Emang kata beliau tumbuhan ini adalah makanan para dinosaurus. Hmm.

Pak Iteng
Dari familinya, tumbuhan gymnospermae di KRB ini beberapa jenis, antara lain Pinaceae, Gnetaceae, Zamiaceae, Araucariaceae, dan Podocarpaceae.

1.      1. Pinaceae
Salah satu contoh dari Pinaceae adalah tumbuhan yang sering kita pake buat latar belakang foto buku tahunan wkwkw :P Yup, pinus! Tumbuhan yang punya nama latin Pinus merkusii ini termasuk gymnospermae yang berumah dua. Penyerbukannya berarti harus dilakukan oleh bantuan polinator. Tapi sayangnya, ketika si polen (serbuk sari) udah mateng dan mau kawin, eh si betinanya belum siap (dormansi). Jadilah dia harus nunggu si betina dulu.

2.      2. Gnetaceae
Gnetum gnemon alias melinjo adalah salah satu contoh dari famili Gnetaceae.

Bunga Betina
Bunga Jantan




3.      3. Zamiaceae
Contoh dari famili ini ialah Encephalartos hildebrandlii A.Br.Bouche yang berasal dari Afrika Tropis. Ini yang tadi disebut-sebut sebagai pakis naga.



4.      4. Araucariaceae
Selanjutnya ada Araucaria cunninghamii yang berasal dari tanah Papua.

5.      5. Podocarpaceae
Podocarpus rumphii yang berasal dari Jawa merupakan salah satu tumbuhan berfamili Podocarpaceae. Meskipun nama spesiesnya mirip dengan Cycas rumphii namun tumbuhan ini berbeda.




Setelah puas berkeliling, kami menuju Seed Bank (Bank Biji) untuk belajar tentang biji dari tanaman hutan yang ada di sini . Bank biji merupakan suatu wadah yang mengoleksi tumbuhan hidup berupa biji/benih. Dengan adanya pengumpulan biji di sini diharapkan biji tersebut bisa tumbuh walaupun disimpan selama 200 tahun. Di bank biji kami ditemani oleh Pak Harto yang memberi banyak ilmu tentang perbedaan organ reproduksi betina dan jantan pada tumbuhan gymnospermae dan angiospermae. Beliau juga menunjukkan perbedaan dari biji dan buahnya. Biji yang terbentuk pada tumbuhan gymnospermae pasti akan berkembang besar meskipun penyerbukannya gagal dan akhirnya tidak ada bijinya.  Selain itu yang menarik adalah memang ada biji dan buah bersayap. Jadi biji atau buah tersebut punya alat dispersal berupa “sayap” untuk penyebarannya. Ya pastilah pindahnya terbang, ga mungkin jalan -_-




Setelah selesai belajar, kami berpamitan dan pulang kembali ke rumah masing-masing.




BBPPMBTPH - Apa itu?

Hari Jumat 2 minggu lalu saya bersama teman-teman jurusan dan seorang dosen pengampu melakukan kunjungan untuk mata kuliah Fisiologi Benih ke BBPPMB-TPH. Apaan tuh? Yang pasti, karena ini mata kuliah Fisiologi Benih tempat tersebut ada hubungannya dengan perbenihan. Untuk itu langsung aja simak ulasan berikut. Yuukk ;)

Adalah Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura disingkat BBPPMB-TPH (panjang ya haha), sebuah UPT Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang bergerak di bidang perbenihan khususnya pengujian mutu benih. Kenapa mutu benih harus diuji dulu sebelum diedarkan? Ya kalau ternyata ada benih yang kadaluarsa atau terkena penyakit terus sampai di tangan konsumen gimana, emang siapa yang mau nanam benih yang ga bakalan tumbuh walau ditanam di kondisi optimal -_- Metode-metode pengujian ini belum banyak yang tahu dan ga semua orang bisa melakukannya lho. Makanya kalau diantara kalian ada yang pernah penelitian dan ternyata menemukan metode yang bagus dan lebih mudah untuk menguji mutu benih, boleh banget diajukan ke sini. Jangan ragu karena BBPPMB-TPH sudah terakreditasi secara nasional maupun internasional dari ISTA (International Seed Testing Association) dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Selain pengujian mutu benih, BBPPMB-TPH juga menyelenggarakan Uji Profisiensi dan membuka kesempatan bagi kalian yang tertarik di dunia benih untuk belajar di sini, alias magang atau pelatihan.  

Laboratorium di BBPPMB-TPH ada 8, ialah Lab. Fisika, Lab. Biologi, Lab. Elektroforesis, Lab. Cendawan, Lab. Bakteri, Lab. Virus, Lab. Nematoda, dan Lab. Kultur Jaringan.

Pertama kami ke Lab Fisika yang biasa disebut dengan lab kering. Kegiatan yang dilakukan di sini seperti pengambilan contoh pada lot secara manual, mengukur kadar air, menetapkan berat 1000 butir benih, dll.

Yang menarik di sini adalah: saya baru tahu panas oven itu ternyata ga benar-benar menyebar rata ke seluruh ruangan (oven). Ada spot-spot tertentu yang suhunya beda dari spot yang lain. Jadi pegawai di situ bakalan dengan teliti mengukur tiap spot dan ga boleh salah meletakkan sampel ke spot yang suhunya tidak diinginkan itu. Hmmm, ternyata ini penyebabnya kalau bikin kue kering gosongnya suka beda-beda hahaha :D

oven

desikator yang katanya murah tapi harus impor demi keamanan 

Lawannya dari lab kering ya lab basah, alias lab biologi. Nah, di sini tempatnya pengujian daya berkecambah benih, penetapan heterogenitas, pengujian vigor, dan pengujian viabilitas benih.

Yang menarik di sini adalah: ada germinator yang sebesar ruangan (maaf lupa ngukur -_-“). Selama ini saya tahunya germinator itu yang segede freezer es krim di indoapril haha. Dan ternyata ga sembarangan lho kertas buat perkecambahan benih standard ISTA, kudu pas pH-nya.


germinator room

Lanjut ke lab elektroforesis. Pengujian penanda genetik dan verifikasi varietas benih dilakukan di lab ini. Pengujian biasanya ada duametode yaitu Sambrook (sampel dari biji) dan miniprep (sampel dari jaringan tanaman).



Selanjutnya ke Lab. Nematoda, yaitu tempatnya menguji nematoda terbawa benih. Itu, cacing mikro yang kelihatan kalau dilihat lewat mikroskop.

Yang menarik di sini adalah: Setiap benih pasti ada nematodanya, dan dalam satu sampel yang terbuat dari 1000 benih itu harus dihitung SEMUA nematoda yang ada!

jarum buat "mancing" nematoda harus super tipis karena dia kecil banget

Kemudian kami ke lab virus. Untuk pengujian virus, benih harus ditumbuhkan dulu baru bisa diketahui apakah mengandung virus atau tidak.

Yang menarik di sini adalah: 1 ml antiserum yang digunakan untuk pengujian virus terbawa benih harganya 8-9 juta -_-

Next, pindah ke lab cendawan. Kegiatan di lab ini ialah menguji cendawan terbawa benih dengan metode Blotter test.



Lab terakhir adalah lab bakteri untuk pengujian bakteri terbawa benih.
Sayang sekali kami ga bisa ke lab kultur jaringan karena memang belum dioperasikan secara intensif.

Nah, itu tadi hasil jalan-jalan kami selama di BBPPMB-TPH. Tertarik belajar pengujian mutu benih? Silakan ke Balai Besar ini yang berlokasi Jalan Raya Tapos, Depok, Jawa Barat. 


8 Agustus 2017

Flowers Market Rawa Belong

Beberapa waktu yang lalu, saya bersama teman-teman sekelas mengunjungi pasar bunga di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat. Sempat diwarnai percekcokan pada awalnya, akhirnya kami berangkat kesana pukul 8.00 WIB menggunakan commuter line. Jarak tempuh dari Stasiun Duren Kalibata ke Stasiun Palmerah memakan waktu sekitar satu jam. Saat itu kereta penuh sesak karena memang kami pergi saat weekday dan pagi hari adalah waktunya orang-orang untuk berangkat kerja.

Turun dari Stasiun Palmerah, kami berjalan ke arah pasar Palmerah dan naik angkot satu kali. Kemudian kami berjalan sebentar dan sampailah pada pasar bunga tersebut. Langsung saja kami masuk dan melihat-lihat ke dalam.

Salah satu komoditas yang menarik menurut saya yaitu bunga lili.


Harga seikat bunga lili yaitu sebesar Rp 135000. Pak Bedi, selaku pemilik toko, mengatakan bahwa bunga-bunga yang ada di toko beliau berasal dari daerah Pangalengan dan Cipanas, Jawa Barat. Bunga-bunga tersebut nantinya akan dijual ke seluruh Jakarta untuk keperluan tanaman hias, hingga rangkaian bunga. Namun toko Pak Bedi ini tidak melayani perangkaian bunga, melainkan hanya menjual bunga potong saja.



Toko ini sudah berdiri sejak sepuluh tahun yang lalu. Tanaman hias yang dijual juga bermacam-macam. Selain lili, ada juga bunga mawar, bunga krisan, hingga bunga bakung. Pak Bedi mengaku, tidak setiap hari dagangannya habis. Cara menyiasati agar bunga tetap segar, salah satunya dengan memasukkan bunga yang hampir layu ke dalam lemari pendingin.

Foto bersama pemilik toko :D

Setelah puas melihat-lihat, kami kembali pulang.

26 Januari 2016

Explore Jakarta: Menghabiskan waktu di sela-sela musim uj(i)an.



Habis ujian, enaknya refreshing. Jalan-jalan santai adalah salah satu opsi baik untuk menyegarkan pikiran sejenak dari rumitnya teori-teori penting yang harus dipelajari. Berawal dari keisengan teman saya, Rio yang ingin nonton bioskop, ia mengajak saya dan teman-teman yang lain untuk hangout. Sempat bingung juga akan kemana, jadi atau tidak. Apalagi saat itu gerimis turun tipis-tipis. Namun, kami bertiga yaitu saya, Rio, dan teman kami satu lagi, Heldy, tetap berangkat.
  
Alih-alih ke gedung bioskop, kami malah “nyasar” ke Stasiun Duren Kalibata. Lho, kok? Ya, kami memutuskan untuk jalan ke salah satu ikon Ibukota Indonesia, yaitu Monumen Nasional alias Monas. Sebelumnya bahkan ada ide yang sedikit nekat dari Heldy yaitu mencari kereta yang langsung ke Bandung (dan nge-gembel disana sampai besoknya). Spontan, Rio menolak, karena ia (kami) tak membawa cukup uang dan baju ganti. Apalagi itu sepulang ujian, kami masih memakai kemeja putih dan bawahan gelap layaknya orang yang akan melamar kerja. Akhirnya kami urungkan niat tersebut dan tetap ke tujuan Stasiun Juanda untuk sampai ke Monas.

Pertama kalinya sholat di Masjid Istiqlal

Setelah keluar dari Stasiun Juanda, azan dzuhur berkumandang. Saya yang satu-satunya muslim di situ melaksanakan sholat lebih dulu agar tenang saat perjalanan. Sebenarnya saya mengharapkan sholat di mushollah kecil sederhana aja supaya gampang, tapi Rio dan Heldy mengantar saya sampai ke Masjid Istiqlal. Ya udah. Saya yang nggak enak dengan mereka berdua, menyuruh mereka untuk makan siang dulu sembari menunggu saya sholat.

Ini pertama kalinya saya sholat disana setelah sekian lama tinggal di Jakarta. Wow. Masjidnya luas banget. Saya harus berjalan kira-kira 100 meter dari gerbang sampai ke pintu masuk masjid. Ada tulisan “Batas Suci”, dan dengan bodohnya saya melepas sepatu begitu saja, meninggalkannya di depan pintu. Sampai di tempat penitipan barang, saya ditanya petugas, dimana sepatu saya. Ternyata, alas kaki kita harus dibawa ke dalam dan dititipkan bersama tas/barang bawaan (kalau perlu). Selanjutnya, saya meminjam mukena yang harus ditukar sementara dengan kartu identitas. Kemudian saya kembali bingung dimana toilet atau tempat wudhu-nya. Jalanannya cukup berliku (untuk ukuran saya yang baru pertama kali kesitu). Lagi-lagi, tempat sholatnya luas sekali. Saya udah nggak sanggup mengira-ngira berapa luasnya.


Jalan-jalan naik bis City Tour Jakarta

Kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis City Tour Jakarta. Bis dengan dua tingkat ini berhenti di setiap halte dengan tulisan City Tour. Rutenya adalah Pasar Baru – Bundaran HI. Bis ini melewati bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta seperti Museum Nasional, Gedung Kesenian Jakarta, Katedral, Kota Tua, dan lain-lain. Kami berencana turun di halte dekat Monas tapi berkeliling Jakarta lebih dulu. Lumayan, gratis. Hehehe. Kami naik di bagian atas paling depan (nunggu yang depan turun dulu, sih).

Perjalannya lumayan lama. Karena macet, mungkin. Penumpang juga tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam. Kami yang awalnya excited, jadi bosan. Lapar.



Bundaran HI

Proyek MRT

Macet -_-



Monas!

           Setelah selesai satu putaran rute City Tour, kami kembali lagi ke halte dekat Monas dan turun di sana. Niat awalnya, kami ingin mencari makan dulu di sekitar situ, tapi nggak ada warteg atau warung. Akhirnya kami masuk dan makan sedikit bekal dipinggir taman (jalan) untuk mengganjal perut sambil foto-foto. Tadinya, kami pengen naik ke puncak Monas. Tapi jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Tugu Monas sudah akan ditutup. Karena nggak bisa masuk tugu dan lapar juga, kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.

ngemil dipinggir jalan

Tugu Monas


23 Desember 2015

Main-main ke East West: Merasakan Pertanian Perkotaan di Sudut Purwakarta



Hey, bloggers, balik lagi dengan postingan bertema pertanian hahaha. Kali ini temanya Urban Farming. Apa tuh urban farming? Aduh gak jaman deh kalau kalian belum tahu! Singkatnya, urban farming itu adalah budidaya pertanian yang dilakukan di kota. Ide ini tercetus karena masyarakat kota yang merasa terlalu bosan dengan rutinitas metropolitan dengan bangunan industri dan polusi di mana mereka bekerja. Mereka ingin juga merasakan nuansa hijau pedesaan yang sejuk. Karena keterbatasan lahan di kota, maka mereka berinovasi membudidayakan pertanian di lahan yang sempit. Sampai saat ini sudah ada beberapa sistem yang diterapkan dalam urban farming, misalnya hidroponik, vertikultur, vertikal garden, dan lain-lain.

East West Seed atau Panah Merah, salah satu produsen benih yang cukup terkenal, sedang senang-senangnya mengusung tema urban farming. Rabu lalu, 16 Desember 2015, saya bersama teman-teman dan dosen-dosen Agroekoteknologi 2014 berkesempatan mengunjungi perusahaannya yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Tujuan kami sebenarnya adalah melihat cara pengolahan benih, tetapi karena ada perbaikan, kami gak bisa melihat-lihat :(

Akhirnya oleh pihak East West kami diajak berkeliling melihat Urban Farming Expo 2015 yang ada disana.



vertikultur dengan pemanfaatan barang bekas


hidroponik bertingkat. AET Trilogi juga punya nih haha

taman marigold :)