26 Januari 2016

Explore Jakarta: Menghabiskan waktu di sela-sela musim uj(i)an.



Habis ujian, enaknya refreshing. Jalan-jalan santai adalah salah satu opsi baik untuk menyegarkan pikiran sejenak dari rumitnya teori-teori penting yang harus dipelajari. Berawal dari keisengan teman saya, Rio yang ingin nonton bioskop, ia mengajak saya dan teman-teman yang lain untuk hangout. Sempat bingung juga akan kemana, jadi atau tidak. Apalagi saat itu gerimis turun tipis-tipis. Namun, kami bertiga yaitu saya, Rio, dan teman kami satu lagi, Heldy, tetap berangkat.
  
Alih-alih ke gedung bioskop, kami malah “nyasar” ke Stasiun Duren Kalibata. Lho, kok? Ya, kami memutuskan untuk jalan ke salah satu ikon Ibukota Indonesia, yaitu Monumen Nasional alias Monas. Sebelumnya bahkan ada ide yang sedikit nekat dari Heldy yaitu mencari kereta yang langsung ke Bandung (dan nge-gembel disana sampai besoknya). Spontan, Rio menolak, karena ia (kami) tak membawa cukup uang dan baju ganti. Apalagi itu sepulang ujian, kami masih memakai kemeja putih dan bawahan gelap layaknya orang yang akan melamar kerja. Akhirnya kami urungkan niat tersebut dan tetap ke tujuan Stasiun Juanda untuk sampai ke Monas.

Pertama kalinya sholat di Masjid Istiqlal

Setelah keluar dari Stasiun Juanda, azan dzuhur berkumandang. Saya yang satu-satunya muslim di situ melaksanakan sholat lebih dulu agar tenang saat perjalanan. Sebenarnya saya mengharapkan sholat di mushollah kecil sederhana aja supaya gampang, tapi Rio dan Heldy mengantar saya sampai ke Masjid Istiqlal. Ya udah. Saya yang nggak enak dengan mereka berdua, menyuruh mereka untuk makan siang dulu sembari menunggu saya sholat.

Ini pertama kalinya saya sholat disana setelah sekian lama tinggal di Jakarta. Wow. Masjidnya luas banget. Saya harus berjalan kira-kira 100 meter dari gerbang sampai ke pintu masuk masjid. Ada tulisan “Batas Suci”, dan dengan bodohnya saya melepas sepatu begitu saja, meninggalkannya di depan pintu. Sampai di tempat penitipan barang, saya ditanya petugas, dimana sepatu saya. Ternyata, alas kaki kita harus dibawa ke dalam dan dititipkan bersama tas/barang bawaan (kalau perlu). Selanjutnya, saya meminjam mukena yang harus ditukar sementara dengan kartu identitas. Kemudian saya kembali bingung dimana toilet atau tempat wudhu-nya. Jalanannya cukup berliku (untuk ukuran saya yang baru pertama kali kesitu). Lagi-lagi, tempat sholatnya luas sekali. Saya udah nggak sanggup mengira-ngira berapa luasnya.


Jalan-jalan naik bis City Tour Jakarta

Kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis City Tour Jakarta. Bis dengan dua tingkat ini berhenti di setiap halte dengan tulisan City Tour. Rutenya adalah Pasar Baru – Bundaran HI. Bis ini melewati bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta seperti Museum Nasional, Gedung Kesenian Jakarta, Katedral, Kota Tua, dan lain-lain. Kami berencana turun di halte dekat Monas tapi berkeliling Jakarta lebih dulu. Lumayan, gratis. Hehehe. Kami naik di bagian atas paling depan (nunggu yang depan turun dulu, sih).

Perjalannya lumayan lama. Karena macet, mungkin. Penumpang juga tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam. Kami yang awalnya excited, jadi bosan. Lapar.



Bundaran HI

Proyek MRT

Macet -_-



Monas!

           Setelah selesai satu putaran rute City Tour, kami kembali lagi ke halte dekat Monas dan turun di sana. Niat awalnya, kami ingin mencari makan dulu di sekitar situ, tapi nggak ada warteg atau warung. Akhirnya kami masuk dan makan sedikit bekal dipinggir taman (jalan) untuk mengganjal perut sambil foto-foto. Tadinya, kami pengen naik ke puncak Monas. Tapi jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Tugu Monas sudah akan ditutup. Karena nggak bisa masuk tugu dan lapar juga, kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.

ngemil dipinggir jalan

Tugu Monas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar