Habis ujian, enaknya refreshing. Jalan-jalan santai adalah
salah satu opsi baik untuk menyegarkan pikiran sejenak dari rumitnya
teori-teori penting yang harus dipelajari. Berawal dari keisengan teman saya,
Rio yang ingin nonton bioskop, ia mengajak saya dan teman-teman yang lain untuk
hangout. Sempat bingung juga akan
kemana, jadi atau tidak. Apalagi saat itu gerimis turun tipis-tipis. Namun,
kami bertiga yaitu saya, Rio, dan teman kami satu lagi, Heldy, tetap berangkat.
Alih-alih ke gedung
bioskop, kami malah “nyasar” ke Stasiun Duren Kalibata. Lho, kok? Ya, kami
memutuskan untuk jalan ke salah satu ikon Ibukota Indonesia, yaitu Monumen
Nasional alias Monas. Sebelumnya bahkan ada ide yang sedikit nekat dari Heldy
yaitu mencari kereta yang langsung ke Bandung (dan nge-gembel disana sampai besoknya).
Spontan, Rio menolak, karena ia (kami) tak membawa cukup uang dan baju ganti.
Apalagi itu sepulang ujian, kami masih memakai kemeja putih dan bawahan gelap
layaknya orang yang akan melamar kerja. Akhirnya kami urungkan niat tersebut
dan tetap ke tujuan Stasiun Juanda untuk sampai ke Monas.
Pertama kalinya sholat di Masjid Istiqlal
Setelah keluar dari Stasiun Juanda, azan dzuhur
berkumandang. Saya yang satu-satunya muslim di situ melaksanakan sholat lebih
dulu agar tenang saat perjalanan. Sebenarnya saya mengharapkan sholat di
mushollah kecil sederhana aja supaya gampang, tapi Rio dan Heldy mengantar saya
sampai ke Masjid Istiqlal. Ya udah. Saya yang nggak enak dengan mereka berdua,
menyuruh mereka untuk makan siang dulu sembari menunggu saya sholat.
Ini pertama kalinya saya sholat disana setelah sekian lama
tinggal di Jakarta. Wow. Masjidnya luas banget. Saya harus berjalan kira-kira
100 meter dari gerbang sampai ke pintu masuk masjid. Ada tulisan “Batas Suci”,
dan dengan bodohnya saya melepas sepatu begitu saja, meninggalkannya di depan
pintu. Sampai di tempat penitipan barang, saya ditanya petugas, dimana sepatu
saya. Ternyata, alas kaki kita harus dibawa ke dalam dan dititipkan bersama
tas/barang bawaan (kalau perlu). Selanjutnya, saya meminjam mukena yang harus
ditukar sementara dengan kartu identitas. Kemudian saya kembali bingung dimana
toilet atau tempat wudhu-nya. Jalanannya cukup berliku (untuk ukuran saya yang baru
pertama kali kesitu). Lagi-lagi, tempat sholatnya luas sekali. Saya udah nggak
sanggup mengira-ngira berapa luasnya.
Jalan-jalan naik bis City Tour Jakarta
Kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis City Tour
Jakarta. Bis dengan dua tingkat ini berhenti di setiap halte dengan tulisan
City Tour. Rutenya adalah Pasar Baru – Bundaran HI. Bis ini melewati
bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta seperti Museum Nasional, Gedung
Kesenian Jakarta, Katedral, Kota Tua, dan lain-lain. Kami berencana turun di
halte dekat Monas tapi berkeliling Jakarta lebih dulu. Lumayan, gratis. Hehehe.
Kami naik di bagian atas paling depan (nunggu yang depan turun dulu, sih).
Perjalannya lumayan lama. Karena macet, mungkin. Penumpang
juga tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam. Kami yang awalnya excited, jadi bosan. Lapar.
![]() |
Bundaran HI |
![]() |
Proyek MRT |
![]() |
Macet -_- |
Monas!
![]() |
ngemil dipinggir jalan |
![]() | |
Tugu Monas |