Dalam ilmu pertanian, kondisi iklim sangat berpengaruh terhadap proses bertani dan produk pertaniannya. Untuk mempermudah manusia memperoleh informasi tentang iklim agar sektor pertanian berjalan dengan baik, maka para ilmuwan menggolongkan iklim di bumi. Berdasarkan cara penentuan kriteria klasifikasinya, iklim dibagi menjadi dua, yaitu klasifikasi iklim secara genetik dan secara empirik.
Klasifikasi iklim secara genetik, yaitu berdasarkan:
a. Perbedaan penerimaan radiasi matahari
Ahli Yunani kuno berpendapat bahwa bumi dibagi menjadi iklim tropis, subtropis, sedang, dan kutub. Wilayah beriklim tropis memiliki suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah beriklim kutub.
b. Sirkulasi udara
Pada tahun 1950 Flohn mengklasifikasikan iklim menurut aliran angina dan karakteristik hujan yaitu zona ekuatorial, tropika, subtropika kering, hujan winter subtropika, ekstratropika, sub-polar, boreal, dan kutub.
Klasifikasi iklim secara empirik, yaitu klasifikasi iklim berdasarkan:
a. Rational moisture budget
Klasifikasi ini dibuat oleh Torhnwaite (1948) dengan menghitung evapotranspirasi potensial dan neraca air, yaitu suhu rata-rata perbulan.
b. Pertumbuhan vegetasi
1. Sistem klasifikasi Koppen
Koppen (1900) membagi berdasar suhu udara dan rata-rata curah hujan bulanan atau tahunan. Iklim hujan tropika dengan temperatur bulan terdingin yaitu > 18 °C, iklim hujan dengan evaporasi > presipitasi, iklim sedang berhujan memiliki temperatur bulan terdingin > -3 °C dan < 18 °C dan temperatur bulan terpanas > 100C, iklim hujan dingin rata-rata temperatur bulan terpanas > 100C dan terdingin < – 30C dan iklim kutub rata-rata temperatur bulan terpanas < 100C.
2. Sistem klasifikasi Schmidt – Ferguson
Dasar dari sistem klasifikasi ini adalah bulan basah dan bulan kering yang dihitung pada masing-masing tahun dengan kriteria bulan kering bercurah hujan < 60 mm, bulan lembab bercurah hujan 60-100 mm, dan bulan basah bercurah hujan > 100 mm. Mereka berdua menggunakan rasio:
Klasifikasi ini dibuat hanya memperhatikan unsur iklim hujan dan membutuhkan data hujan minimal 10 tahun.
3. Sistem klasifikasi Oldeman
Kriteria sistem klasifikasi Oldeman mirip dengan sistem klasifikasi Schmidt – Ferguson yaitu dengan berdasarkan bulan basah, bulan lembab dan bulan kering yang memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanah. Konsep yang dikemukakan Oldeman adalah:
- Padi sawah membutuhkan rata-rata 145 mm air per bulan di musim hujan
- Palawija membutuhkan air rata-rata 50 mm per bulan di musim kemarau
- Hujan bulanan diharapkan berpeluang 75% = 0,82 x hujan rata-rata bulanan – 30
- Huajan efektif untuk padi sawah adalah 100%
- Hujan efektih untuk palawija 75%
Setelah dihitung maka didapat:
Ø Padi Sawah memerlukan : 213 mm/bulan
Ø Tanaman lahan kering memerlukan :120 mm/bulan
Maka dapat disimpulkan bahwa Bulan Basah (BB) memiliki rata-rata curah hujan > 200 mm, Bulan Lembab (BL) memiliki rata-rata curah hujan 100 – 200 mm, dan Bulan Kering (BK) memiliki rata-rata curah hujan < 100 mm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar